Waktu itu aku sedang berada di sebuah kafe. Menurutku, kafe adalah tempat yang paling tepat untuk menghilangkan rasa bosan. Aku tidak ditemani siapa-siapa. Aku hanya ditemani secangkir kopi hangat yang baru saja aku pesan di kafe ini.
Saat aku melihat sekeliling kafe, aku melihat perempuan yang wajahnya sangat familiar sekali menurutku. Sepertinya aku sangat mengenalnya. Karena penasaran, aku menghampiri dia yang sedang duduk sendirian dan asik memainkan ponselnya.
Aku menyapanya dengan penuh keraguan. “Hai.”
Dia melihatku. Dilihat dari matanya yang indah itu, sepertinya timbul banyak kebingungan darinya.
“Iya?”
Aku baru ingat. Dia adalah Ve. Teman pertama plus gebetanku waktu aku kelas 1 SD.
“Kamu Ve, ya?”
“Iya. Kamu Bayu ya? Yang waktu SD hobinya ngasih aku gambar-gambar lucu gitu?”
“Hehe iya. Kok masih inget sih?” Aku senang ternyata Ve tidak lupa padaku.
“Haha iya dong. Kan gambar-gambar yang kamu bikin buat aku dulu masih aku tempel di tembok kamar aku. Buat kenang-kenangan hehe”
Kita berdua bernostalgia sangat lama. Ve adalah perempuan yang selama ini aku cari. Entah kenapa, dari dulu sampai sekarang aku tidak bisa melupakannya. Menurutku, dia adalah perempuan yang berbeda dari perempuan lainnya. Selain aku suka sifatnya yang kalem, aku juga suka sifatnya yang ramah pada siapa saja.
Karena sudah terlalu malam, kita berdua memutuskan untuk pulang. Karena keasikan, aku lupa belum membayar kopi yang kupesan tadi.
Aku mengajak Ve untuk pulang bersama.
“Ve, kamu pulang naik apa?”
“Naik taxi. Kenapa, Bay?”
“Sama aku aja gimana? Aku bawa motor kok. Uangnya lebih baik kamu tabung buat masa depan kamu hehe.”
“Haha bisa-bisa. Oke-oke aku mau. Yuk pulang” Dia tersenyum sambil menggandeng tanganku dan berjalan menuju tempat parkir motor. Sepanjang jalan menuju tempat parkir motor, jantungku terus berdebar cepat. Untung saja tempat parkirnya tidak jauh. Jadi aku tidak mati di jalan saat itu karena digandeng terlalu lama oleh Ve.
Akhirnya, kita sampai juga di rumah Ve. Aku tidak tau kalau ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku.
“Makasih ya, Bay. Maaf ngerepotin nih.”
“Iya, Ve. Nggak ngerepotin kok. Justru aku senang bisa mengantarkan perempuan yang jadi idamanku dari aku kecil dulu sampai sekarang hehe.”
“Ah, gombal aja nih udah malem juga haha. Yaudah aku masuk ya, Bay.” Veranda berlari-lari kecil masuk ke rumah dengan mukanya yang me-merah. Lucu sekali.
Sesampai di rumah, aku langsung masuk ke kamarku. Aku tersenyum-tersenyum sendiri mengingat wajah Ve yang me-merah tadi. Dia memang lucu. Dia punya pipi yang chubby. Ingin sekali aku mencubit pipinya itu.
Tiba-tiba, ponselku berbunyi. Aku dapat telfon dari nomor yang aku tidak kenal. Biasanya, aku tidak pernah mengangkat telfon jika aku tidak mengenalnya. Tapi, hatiku berkata lain. Lalu aku angkat telfonnya.
“Halo.”
“Halo, Bay. Ini aku Ve. Aku dapet nomor kamu dari Facebook kamu hehe.”
“Oh, iya Ve. Kenapa Ve? Kangen ya? Haha.”
“Haha iya nih. Aku kangen banget sama kamu. Soalnya udah lama banget kita gak ketemu terus baru ketemu tadi.”
“Haha iya Ve. Aku juga kangen banget sama kamu nih. Eh, Ve tau gak?”
“Tau apa, Bay?”
“Dulu, aku suka banget sama kamu Ve. Makanya aku suka kasih kamu gambar-gambar lucu.”
“Kenapa gak bilang? Dulu aku juga suka sama kamu lho.”
“Aku dulu gak berani bilang, Ve hehe. Tapi sekarang juga masih suka kok Ve. Eh! Maaf keceplosan.”
“Hahaha serius? Kalo boleh jujur, aku juga masih suka kok sama kamu.”
Perkataan Ve itu membuatku senang. Sangat senang. Lalu aku melamun, bagaimana jika aku dan Ve bisa berpacaran ya..
Tiba-tiba aku mendengar suara memanggilku.
“Bay! Bay!” Suaranya sangat keras. Seperti orang sedang marah.
“Hei, Bayu! Ayo bangun! Antar ibu ke pasar ya. Soalnya Nenek mau datang nanti malam. Ibu harus masak ini.”
“I…Iya-iya.” Jawabku lemas.
Ahh.. Ternyata itu semua hanya mimpi. Padahal jika itu nyata, aku pasti menjadi salah satu laki-laki yang beruntung yang bisa mendapatkan Ve.