Para korban kejahatan seks pastur di Australia menyerukan pengunduran diri seorang kardinal terkemuka di negeri itu. Permintaan maaf yang telah disampaikan kardinal tersebut dianggap belum cukup.
Uskup Agung Sydney, Kardinal George Pell muncul dalam sidang penyelidikan pemerintah negara bagian Victoria atas kasus kejahatan seks anak oleh pastur-pastur, yang digelar pada Senin, 27 Mei waktu setempat. Dalam sidang tersebut, Pell mengakui adanya upaya menutup-nutupi skandal seks tersebut oleh pendahulunya, Frank Little dan dia pun meminta maaf atas hal itu.
“Saya benar-benar meminta maaf dan sangat menyesalkan,” ujar Pell seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (28/5/2013). Namun ditegaskan Pell, dirinya sendiri tidak pernah menutup-nutupi kasus-kasus tersebut.
“Saya tentunya benar-benar berkomitmen untuk memperbaiki situasi. Saya tahu Bapa Suci (Paus Francis) juga demikian,” imbuhnya.
Namun permintaan maaf dari Pell tersebut dianggap tidak cukup. “Dia perlu mengundurkan diri. Era dia telah berakhir,” cetus Stephen Woods, salah satu korban pastur fedofil.
Hal senada disampaikan Helen Last, seorang aktivis dari organisasi In Good Faith, yang membela para korban kejahatan seks pastur. Ditegaskannya, Pell harus diberhentikan dari jabatannya. Apalagi Pell telah mengakui bahwa gereja Katolik menutup-nutupi kasus seks pastur tersebut demi menjaga reputasi gereja.
Gereja Katolik di Victoria telah mengakui, ada sekitar 620 kasus serangan terhadap anak-anak terhitung sejak tahun 1930-an silam.
Gereja Katolik di Australia, seperti halnya di sejumlah negara lainnya di dunia, telah bertahun-tahun diguncang skandal-skandal seks yang melibatkan para pastur. Tahun lalu, Perdana Menteri Australia Julia Gillard memerintahkan penyelidikan nasional tentang bagaimana institusi-institusi termasuk gereja dan sekolah, merespons tuduhan-tuduhan fedofilia.(AFP/Detik/HK)