Jakarta - Komisaris Utama PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) Anindya Bakrie tak mau berkomentar soal nilai jual perusahaan Rp 17 triliun yang terlalu mahal.
"Saya belum ada komentar," ungkapnya usai acara Indonesia Young Leaders Forum 2013 di Ballroom Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, SCBD, Jakarta, Kamis (18/4/2013) .
Menurut kabar yang beredar, pemilik CT Corp Chairul Tanjung sudah sepakat untuk mengakuisisi emiten berkode VIVA itu dari Grup Bakrie senilai Rp 17,5 triliun. Anindya juga membantah akan hal itu.
"Ah, kata siapa," jawab Anin.
Harga akuisisinya dinilai terlalu mahal. Pasalnya, dengan harga Rp 17,5 triliun maka harga saham VIVA per lembar menjadi Rp 1.133 per lembar.
Harga jual itu jauh terlalu tinggi jika dibandingkan harga pada penutupan perdagangan hari ini sebesar Rp 610 per lembar. Dengan harga penutupan hari ini tersebut, maka nilai perusahaan VIVA hanya sebesar Rp 9,5 triliun.
Anin sendiri enggan untuk berkomentar lebih lanjut. Ia justru lebih tertarik menceritakan perkembangan perusahaan di tahun 2013 ini
"Nggak lah gini, sekarang mending kita ngomongin operasional, VIVA itu revenue-nya bagus," ungkapnya.
Apalagi, lanjutnya, dengan program world cup yang akan dilangsungkan tahun 2014 maka pendapatan VIVA akan lebih baik lagi.
"Harusnya tahun ini revenue VIVA bisa tumbuh lebih dari 30% karena ada World Cup dan ada Pemilu," tutupnya.
Sebelumnya, pemilik Kelompok Usaha Bakrie sekaligus kandidat calon presiden Republik Indonesia 2014, Aburizal Bakrie, memberi sinyal
perusahaan-perusahaannya siap dijual. Penjualan akan dilakukan jika ada harga yang sesuai.
Untuk melihat aset-aset Bakrie yang sudah dan akan dijual,
klik di sini.