Setidaknya ada dua klub sepak bola di Eropa yang telah mencatat sejarah emas prestasinya, satu dari negara Spanyol yaitu Real Madrid dan satu lagi dari negara Inggris yaitu Manchester United.
Adapun Real Madrid ia adalah klub sepak bola yang memiliki sederet torehan prestasi gemilang yang masih agak sulit disamai apalagi dilewati oleh klub-klub Spanyol lainnya, bahkan pesaing terdekatnya yaitu Barcelona yang sering disebut sebagai rival abadi alias musuh bebuyutan dalam laga El-Clasico pun belum mampu seratus persen menyamai rekornya, meski ada beberapa turnamen tertentu yang ia sanggup melewati El-Real.
Dalam catatan sejarah tentang prestasi yang ditorehkan oleh Real Madrid adalah 9 kali juara Liga Champions, 32 juara La Liga, 18 juara Copa Del Rey, meraih 8 Piala Super Spanyol, 2 Piala UEFA, 1 Piala Super Eropa, dan 3 Piala Interkontinental.
Sedangkan klub dari Inggris yaitu Manchester United atau MU, iapun punya catatan sejarah emas terkait capaian prestasinya, tercatat ia telah memenangi 19 juara Liga Premier, meraih 11 Piala FA, 4 Piala Carling, 19 juara Community Shield, 3 kali juara Liga Champions, 1 Piala Winners, 1 Piala Super UEFA, 1 Piala Interkontinental dan 1 Piala Dunia Antar Klub FIFA.
Bila di La Liga Real Madrid memiliki rival utama Barcelona, maka di EPL MU tercatat memiliki rival yang lebih banyak, sekarang ada Manchecter biru, lalu Chelsea, Liverpool, Arsenal, Tottenham Spurs, Everton dan terakhir New Castle United.
Hampir semua klub di La Liga maupun EPL ingin mengalahkan dua klub berprestasi itu, minimal menahan imbang dalam pertandingan. Semua menjadi penuh semangat dan motivasi saat harus melawan dua klub itu. Sampai-sampai terlihat kegembiraan yang menjurus kepada euforia saat mereka berhasil mengalahkan dua klub tersebut. Barangkali ada yang masih ingat saat Manchester City berhasil memukul MU dengan skor sangat mencolok 6-1 di Old Trafford, atau Barcelona saat menggunduli El-Real dengan skor 5-0 Santiago Bernabeu. semua pertadingan itu berlangsung saat mereka berdua sedang menjadi raja. Sehingga mulai dari sorak-sorai kemenangan sang rival sampai cibiran atas kekalahan sang raja selalu terdengar sampai sekarang.
Ya, itulah nasib sang raja, ia sekarang menjadi sasaran utama untuk dikalahkan, karena mengalahkannya adalah sebuah kebanggaan. Ia sekarang menjadi musuh utama bagi klub-klub yang minim prestasi, bahkan ada banyak yang belum memiliki satupun prestasi, karena mengalahkan musuh utama akan terkenang oleh masa, bahwa ia pernah menaklukkan sang raja.
Dalam kehidupan kita pun, kumpulan prestasi kebaikan akan senantiasa memunculkan musuh-musuhnya. Ia akan membangkitkan jiwa-jiwa kerdil untuk menampakkan keaslian sifat dengkinya, meski telah terbungkus rapi dengan balutan jubah sutera yang bertatahkan berlian. Akan tetapi pada saatnya nanti, semua kepalsuan kemasan itu akan memudar, lalu mulai menampakkan belang. Karena pada dasarnya tak akan ada lalat yang suka pada wewangian bunga di taman.
Lihatlah komentar cepat iblis saat ia dikeluarkan dari surga, tatkala ia tak mau bersujud pada makhluk bernama manusia. Ia berkata dengan penuh semangat dalam kesombongannya :
"saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus."[1]
Dan itulah yang menurut para Ulama tafsir sebagai letupan kedengkian terhadap manusia yang Allah ciptakan meski dari tanah namun ia dimuliakan, dengan mengemban tugas-tugas mulia sebagai Khalifatullahi fil Ardh. Ya, ternyata kemuliaan yang dimiliki manusia telah mampu meledakkan sifat dengki yang luar biasa dari diri iblis.
Lalu lihatlah bagaimana sejarah kedengkian Abdullah bin Ubay bin Salul terhadap Nabi sang Rasul. Karena kemuliaanlah maka Nabi mendapatkan penghinaan dari Ibnu Salul sang munafik. Ia dahulu akan diangkat menjadi raja Madinah, namuh tatkala datang Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dengan segala prestasi kebaikan dan kemuliaannya, yang menyebabkan pergeseran pengikut darinya, maka mulailah ia menampakkan sifat aslinya. Ia sama seperti Nabi saat ia shalat, saat ia puasa, bahkan saat ia akan berangkat perang. Namun jiwa yang terbungkus oleh balutan jubah sutera bertatahkan berlian itu sebenarnya adalah bangkai nan busuk. Dan seperti itu pula sejarah Yahudi yang selalu memusuhi Islam. Saat Allah Subhanahu wa Ta'ala menggambarkan sifat dengkinya sebagai alasan utama ia memusuhi.[2]
Imam Fakhruddin Ar-Razy berkata dalam tafsirnya terkait ayat 54 surat An-Nisa :
"Ketahuilah bahwa dengki itu tidak akan nampak kecuali saat ada keutamaan. Setiap kali keutamaan seseorang semakin sempurna, maka akan bertambah besar pula kedengkian para pendengkinya.[3]
Alangkah nyata ungkapan Imam Fahruddin Ar-Razy di kehidupan kita sekarang ini. Banyak orang meraih kemuliaan hidupnya atas pilihannya sendiri, namun di saat yang sama pilihan-pilihan mulia itu kerap dirusak oleh para pendengkinya.
Kebaikan memang selalu mempunyai musuh-musuhnya. Tukang becak yang baik, ia akan menjadi sasaran perbuatan buruk tukang becak lainnya yang tidak tidak suka dengan kebaikannya. Pedagang yang jujur akan menjadi sasaran tembak dari pedangan lain yang tidak senang dengan kejujurannya. Seorang pemimpin yang baik, jujur dan amanah, ia pasti akan menjadi musuh bersama bagi orang-orang yang tidak suka dengan kebaikannya. Semakin ia mendapat dukungan karena kebaikannya maka semakin bertambah pula permusuhan lawan-lawannya, terlebih lagi bila sang pemimpin bukanlah dari golongannya. Dan itu pula yang Allah gambarkan mengenai orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang munafik saat datangnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang diutus menjadi Rasul. [4]
Sungguh ada tiga hal yang selalu memiliki hubungan erat dalam diri manusia-manusia yang tidak baik. Tiga hal itu adalah sifat dengki, lalu sombong, dan yang terakhir adalah nifak.
Saat seseorang sombong dengan menolak kebenaran, maka lebih disebabkan karena kebenaran itu datangnya dari orang yang didengkinya. Sedang dengki adalah sifat orang yang telah tersimpan di dalam dirinya sifat nifak. Bukankah Allah Azza wa Jalla telah mengabarkan sifat orang-orang munafik dalam Al-Qur'an :
"Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: "Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)" dan mereka berpaling dengan rasa gembira."[5]
Akhirnya, tak ada alasan bagi seseorang untuk mundur dari laga-laga kebaikan, meski dalam setiap pertempurannya, ia akan selalu mendapati musuh-musuh yang senantiasa mengharapkan kejatuhan dirinya. Ia memang selalu dinanti agar terjatuh sehingga ada cela untuk mengobral cibiran, bahwa raja telah terjatuh. Sungguh, perang Uhud telah memberikan pelajaran berharganya kepada kita, saat pasukan Islam terjatuh. Ya, memang ada yang mengharapkan mereka terjatuh, yaitu mereka-mereka yang tak memiliki prestasi kemenangan dalam perebutan supremasi di lembah Badar.
Fairuz Ahmad.
Bintara, menjelang maghrib 7 Rabi'ul Akhir 1434 H./ 18 Februari 2013.
-----------------------------
Catatan :
[1] Al-A'raaf : 16.
[2] "Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (Al-Baqarah : 109).
[3] At-Tafsir Al-Kabir oleh Imam Fahruddin Ar-Razy Abu Abdillah Muhammad bin Umar bin Husain Al-Qurasyi At-Thibristany. Darul Kutub Al-Ilmiyyah Beirut. Cet. 1425 H./ 2004 M.
[4] "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (As-Shaff : 5-6)
[5] At-Taubah : 50.